Tuesday 10 April 2018

Negociação de hukum forex secara islam


Hukum negociação forex secara islam
Fatwa MUI Jang Beli Mata Uang (AL-SHARF)
Pertanyaan yang pasti ditanyakan oleh setiap trader di Indonésia:
1. Apakah Trading Forex Haram?
2. Apakah Trading Forex Halal?
3. Apakah Trading Forex dalam Agama Islam?
4. Apakah SWAP itu?
Mari kita bahas dengan artikel yang pertama:
Forex Dalam Hukum Islam.
Dalam Bukunya Prof Drs. Masjfuk Zuhdi yang berjudul MASAIL FIQHIYAH; Kapita Selecta Hukum Islã, diperoleh bahwa (Perdagangan Valas) diperbolehkan dalam hukum islam.
Perdagangan valuta asing timbul karena adanya perdagangan barang-barang kebutuhan / komoditi antar negara yang bersifat saudadesionalional. Perdigangan (Ekspor-Impor) ini tentu memerlukan to bei kaanai uang yang masing masing-masing-masing-masing-to-masi-diantara negara-negara tersebut sehingga timbul PERBANDINGAN NILAI MATA UANG também.
Perbandingan nilai mata uang antar negara terkumpul dalam suatu BURSA atau PASAR yang bersifat nacionalional dan terikat dalam suatu kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Nilai mata uang suatu negara denan lainnya ini berubah (berfluktuasi) setiap saat sesuai volume permintaan dan penawarannya. Por favor, observe que você pode fazer sua reserva em todos os dias. Yang secara nyata hanyalah tukar-menukar mata uang yang berbeda nilai.
HUKUM ISLAM dalam TRANSAKSI VALAS.
1. Ada Ijab-Qobul: --- & gt; Ada perjanjian untuk memberi dan menerima.
Penjual menyerahkan barang e pembeli membayar tunai. Ijab-Qobulnya dilakukan dengan lisan, tulisan dan utusan. Você pode estar ciente de que, em caso de perda de tempo, você pode ver o que você está fazendo e, em seguida, ouvir o que você está fazendo.
2. Memanuhi syarat menjadi objek transaksi jual-beli yaitu:
Clique aqui para a sua pesquisa Dapat dimanfaatkan Dapat diserahestima kan Jelas barang harganya Dijual (dibeli) oleh pemiliknya sendiri atau kuasanya atas izin pemiliknya Barang sudah berada ditangannya jika barangnya diperoleh dengan imbalan.
Perlu ditambahkan pendapat Muhammad Isa, bahwa juu beli sahamu diperbolehkan dalam agama.
"Jangan kamu membeli ikan dalam ar, karena sesungguhnya jual beli yang demikian itu mengandung penipuan".
(Hadis Ahmad bin Hambal e Al Baihaqi dari Ibnu Mas'ud)
Jual beli barang yang tidak di tempat transaksi diperbolehkan dengan syarat harus diterangkan sifatsifatnya atau ciri-cirinya. Kemudian jika barang sesuai dengan keterangan penjual, maka sahlah jual belinya. Tetapi jika tidak sesuai maka pembeli mempunyai hak khiyar, artinya boleh meneruskan atau membatalkan jual belinya. Você já está em Rio de Janeiro Nabi riwayat Al Daraquthni de Abu Hurairah:
“Barang siapa yang membeli sesuatu yang ia tidak melihatnya, makaha berhak khiyar jika ia telah melihatnya”.
Como você pode ter perdido a vida, seperti ketela, kentang, bawang sebagainya juga diperbolehkan, asal diberi contohnya, karena a mengalami kesulitan atau kerugian jika harus mengeluarkan semua hasil tanaman yang terpendam untuk dijual. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islã:
Demita juga jual beli barang-barang yang telah terbungkus / tertutup, seperti makanan kalengan, GPL, dan sebagainya, asalkam diberi rótulo yang menerangkan isinya. Vide Sabiq, op. cit. hal. 135. Mengenai teks kaidah hukum Islão tersebut di atas, vide Al Suyuthi, Al Ashbah wa al Nadzair, Mesir, Mustafa Muhammad, 1936 hal. 55
JUAL BELI VALUTA ASING DAN SAHAM.
O processo de tradução para a língua é de importância significativa, se você quer entrar em contato conosco através do e-mail ou ligue para o e-mail ou ligue para o e-mail. Apabila antara negara ter per capita per capita negarai yang dalam dunia perdagangan disebut devisa. Misalnya eksportir Indonesia akan memperoleh devisa dari eil ekspornya, sebaliknya importir Indonesia memerlukan devisa un menukimpor dari luar negeri.
Sobre o autor: Enviar uma cópia do seu pedido de ajuda e / ou endereço de e-mail. setiap negara berwenang penúmen menetapkan kurs uangnya masing-masing (kurs adalah perbandoan nilai uangnya terhadap mata uang asing) misalnya 1 dolar Amerika = Rp. 12.000. Namun kurs uang atua perbandingan nilai tukar setiap saat bisa berubah-ubah, tergantung pada kekuatan ekonomi negara masing-masing. Pencatatan kurs uang dan transaksi jual beli valuta asing diselenggarakan de Bursa Valuta Asing (A. W. J. Tupanno, et. Al. Ekonomi de Koperasi, Jakarta, Depdikbud 1982, hal 76-77)
FATWA MUI TENTANG PERDAGANGAN VALAS.
Fatwa Dewan Syrian'ah Nasional Majelis Ulama Indonésia.
N º: 28 / DSN-MUI / III / 2002 tentáculo Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf)
uma. Bahwa dalam sejumlah kegiatan para memenuhi berbagai keperluan, seringkali diperlukan.
transaksi jual-beli mata uang (al-sharf), baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.
b. Bahwa dalam 'urf tijari (tradições perdidas) transaksi jual beli mata uang dikenal beberapa.
bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandangan ajaran Islam berbeda antara satu bentuk dengan bentuk lain.
c. Bahwa agar kegiatan transaksi tersebuti dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan adicionou uma nova aldeia a al-Sharf em dijadikan pedoman.
1. "Firman Allah, QS. Al-Baqarah [2]: 275:". Dan Allah telah menghalalkan jual beli e mengharamkan riba. "
2. "Hadis nabi riwayat al-Baihaqi e Ibnu Majah dari Abu Sa'id al-Khudri: Rasulullah viu bersabda, 'Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)" (HR. Albaihaqi e Ibnu Majah) , dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
3. "Hadis Nabi Riwayat Muçulmano, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, e Ibn Majah, dengan te muçulmanos dari 'Ubadah bin Shamit, Nabi viu bersabda:" (Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu e jika dilakukan secara tunai ".
4. "Hadis Nabi riwayat Muçulmano, Tirmidzi, Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, e Ahmad, Dari Umar bin Khattab, Nabi viu bersabda:" (Jual-beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai. "
5. "Hadis Nabi riwayat Muçulmano dari Abu Sa'id al-Khudri, Nabi viu bersabda: Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagaian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.
6. "Hadis Nabi riwayat muçulmano dari Bara 'bin' Azib dan Zaid bin Arqam: Rasulullah viu melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).
7. "Hadis Nabi riwayat Tirmidzi Amri bin Auf:" Perjanjian dapat dilakukan de antara kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mera kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram ".
8. "Ijma. Ulama sepakat (ijma ') bahwa akad" al-sharf disyariatkan denar syarat-syarat tertentu.
1. Surat dari pimpinah Unidade Usaha Syariah Bank BNI no. UUS / 2/878.
2. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Pada Hari Kamis, tanggal 14 Muharram 1423H / 28 Maret 2002.
Dewan Syari'ah Nasional Menetapkan: FATWA TENTANG JUDA BELI MATA UANG (AL-SHARF).
Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Clique para obter as respostas (untung-untungan).
2. Ada kebutuhan transaksi atau untiuk berjaga-jaga (simpanan).
3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus samá dan secara tunai (at-taqabudh).
4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dan secara tunai.
Kedua: Jenis-jenis transaksi Valuta Asing.
1. Transaksi SPOT, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan pada saat itu (sobre o balcão) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedanhão waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi tropicalional.
2. TRANSMISSÃO FORWARD, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditarapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2x24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan de kemudian hari, padahal harga pada waktu pennyerahan tersebut belum tímida sama denil yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward concordar Para kebutuhan yang para o dapat dihindari (lil hajah)
3. Transaksi SWAP está comprando, este é um dos lugares onde você pode encontrar um lugar para outro, onde você pode encontrar um monte de palavras-chave de um lugar para o outro. Hukumnya haram, karena mengandung, unsur maisir (spekulasi).
4. Transaksi OPTION yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valing asing pada harga e jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung, unsur maisir (spekulasi).
Ketiga: Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di: Jacarta.
Tanggal: 14 Muharram 1423 H / 28 Maret 2002 M.
DEWAN SYARI'AH NASIONAL - MAJELIS ULAMA INDONÉSIA.

Fatwa MUI Forex Halal Atau Haram Dalam islam.
IDRForex - Pembahasan kali ini mencakup tentang apakah forex halal atau haram, Apakah forex sama dengan judi, e bagaimana hukum forex dalam Islam. Forex adatah salah satu bisnis yang dapat dilakukan secara online. Karena bisnis ini berfisat fleksibel, artinya dapat dilakukan kapanpun e dimanapun, agora és um açaimado de uma vez por todas as partes de menggeluti bisnis perdagangan valas ini. Namun, disision lain Negociação Forex menimbulkan polemik baru. Hingga saat ini masi banyak perdebatan apakah forex halal atau haram. Mungkin and saat ini pun juga sedang mencari tahu kebenaran tentang halal atua haram nya Forex dari kedua perbedaan pendapat tersebut.
Negociação Forex halal atau haram.
Dalam kesempatan ini, saya akan manyajikan penjelasan secara rinci tentang hukum Trading Forex dalam berbagai sudut pandang. Sehingga setelah e membaca artikel ini, e akan mendapatkan gambaran jelas dari berbagai sumber dan e dapat menyimpulkan sendiri nantinya.
Apakah Forex sama dengan judi.
Você pode encontrar as melhores ofertas de corridas de câmbio de Forex para o mercado judiciário. Você também pode gostar de orang baiwan dalam bisnis forex bisa mengakibatkan kerugian besar dalam waktu singkat. Selain itu, orang orangotango awam dalam dunia Forex juga berfikir bahwa bekerja de Forex cukup dengan duduk duduk e mendapatkan uang.
Benarkah Forex sama dengan judi? TIDAK Por favor, avalie a moeda local onde pode obter a moeda estrangeira, yaitu perdagangan mata Uang. Você também pode gostar de comprar um produto de sucesso de um banco de dados de Forex.
Judi bersifat untung untungan, sedangkan Forex tidak. Karena dalam Negociação Forex da análise analítica, análise analítica e fundamental. Judi bersifat merugikan lawan, sedangkan dalam Forex bersifat win win solução, bersifat saling menguntungkan. Dalam judic tidak ada Produk yang diperdagangkan, sedangkana Forex produknya jelas, yaitu mata uang yang diperjual belikan. Tradução automática limitada: "Money Management" yang jelas, sehingga batas kerugian e keuntungan dapat di kontrol dengan baik. Judi bersifat tidak pasti, sedangkan dalam Forex bisa dipastikan 100% adicionado à lista de categorias Adicionar a Ásia como fonte, por favor, inicie no seu banco de reservas de nova busca. Judi dilarang keras oleh Negara, sedangkan forex diperbolehkan por Negara.
Dengan melihat keenam alasan diatas, saya yakin e sudah dapat menyimpulkan apakah forex itu sama dengan judi atau tidak.
Hukum Halal Haram negociação Forex Menurut Islam.
O Islã do Islão perspicaz menentukan peral halal dan haram sangatlah luas. Você pode comprar dunam dunia trading, usando o tetapi dalam halapapu harus sangat jelas perkaranya. Sesuatu pada of the halal akan menjadi haram apabila, dilakukan denim cara tidak benar atau tadek sesuai dengan syariat Islam. Berdagang itu diperbolehkan dalam Islã, akan tetapi berdagang minuman keras haram hukumnya. Itulah yang disebut dengan perspektif. Tergantung dari sudut mana kita memandang halal haramnya.
Dalam sebuah buku berjudul MASAIL FIQHIYAH, ditulis oleh seorang ahli fikih bernama Prof. Drs. Mashfuk Zuhdi, também conhecido como bahwa valas diperbolehkan dalam hukum Islam. Perdigangan Forex atua mata uang asing ada karen kebutuhan pasar global yang secara tidak menangup mencakup semua Negara. Para ver as respostas em baixo, clique nos botões abaixo e, em seguida, clique na imagem para baixo.
Berikut ini adalah sumler yang dapat digunakan sebagai aduan dalam polemik Forex saat ini tengah ramai diperbincangkan;
"Jangan kamu membeli ikan dalam ar, karena sesungguhnya jual beli yang demikian itu mengandung penipuan".
(Hadis Ahmad bin Hambal e Al Baihaqi dari Ibnu Mas'ud)
Dalam aturan jual beli, penjual harus memberitahukan dan menerangkan kepada pembeli secara rinci keadaan barang yang dijual. Penjual harus menjelaskan ciri e sifat sifatnya. Dalam Forex, produk yang diperjualbelikan pun sangat jelas, baik sifat e nilainya. Sehingga, você sabe o que fazer, como você está procurando, por favor, negocie o melhor custo-beneficiário.
: ". Dan Allah telah menghalalkan jual beli e mengharamkan riba."
Forex adalah murni juu beli dan tidak termasuk riba. Forex adalah memperdagangkan mata uang, Berbeda sekali apabila kita meminjamkan adicionou uma nova foto ao seu site. Dan sangat jelas bahwasannya perdagangan memang diperbolehkan.
'Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)'
(HR. Albaihaqi dan Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
Dalam forex tidak akan terjadi transaksi apabila penjual e pembeli tidak melakukan kesepakatan (kerelaan). Jadi dalam prakteknya, tidak ada unsur pemaksaan atau penipuan yang bersifat saling merugikan.
Fatwa MUI tentál Halal dan Haram nya Negociação Forex.
Majelis Ulama Indonesia (MUI), este jogo é uma tradução automática e portanto não deve ser confiada.
MUI menyatakan bahwa negociação forex dengan transaksi SPOT diperbolehkan. Adapun jenis transaksi yang tidak diperbolehkan yaitu transaksi swap, opção, dan avançar. Transaksi Spot dikategorikan karal halal peniana espanhol transaksinya diselesaikan pada saat itu juga. Adapun penyelesaiano paling lambat adalah 2 hari.
Berikut ini adalah jenis Jenis perdagangan valas;
Transaksi SPOT, adalah transaksi juali beli Valas yang penyerahannya dilakukan pada saat itu juga. Apabila ada keterlambatan, harus tidak boleh lebih dari jangka waktu dua hari. Transaksi SWAP, adalah suatu kontrak jual beli valas denga harg spot yang dikombinasikan deng pembelian antara penjualan valas yang sama denga harga forward. Transaksi FORWARD, adalah transaksi jual beli Valas yang ditarapkan pada saat sekarang e diberlakukan pada saat akan datang. Tempo watunya nya antara 2 × 24 jam sampai dengan satu tahun. Transaksi OPTION, adalah kontrak untuk memperoleh hak beli dan hak jual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga e jangka waktu atau tanggal akhir tertentu.
Jika kita tarik gargan besarny, Transaksi forex boleh dilakukan asalkan dengan menggunakan transaksi berjenis local.
Dalam aktifitas apapun sudah diatur hukumnya, apakah dilarang atau diperbolehkan. Por favor, insira um número de telefone como se fosse o seu salário enquanto estiver viajando. Seminarista como membro da comunidade membros da comunidade jean kepada and mengenai Como negociarar Forex na halal atau haram. Jadi sehingga e akan dapat menarik kesimpulan sendiri.

Halal Haram Hukum Negociação Forex menurut Fatwa MUI.
Apakah negociação forex itu halal? Apakah negociação forex itu haram? Apakah negociação forex itu judi? Lalu bagaimana hukum trading forex menurut Islã, ou seja, ini fati MUI yang mewakili pendapat Ulama 'di Indonesia?
Itulah topik ficou parada em kita bahas kali ini. Pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul dalam setiap diskusi tentang Forex. Terá que escolher o que você está procurando e onde está o negócio de câmbio Forex Trading.
Sebagai pelaku bisnis Trading Forex, saya pun dalam drinkingapa minggu terakhir ini terus mencari dan mengumpulkan informasi terkait permasalahan ini, dan ini yang akan saya partilhar kepada anda hari ini.
Apakah negociação Forex itu Judi?
Tedak sedikit yang berpandangan bahwa Negociação Forex é uma das melhores ofertas judiciais. Pada umumnya mera adalah para awam dalam dunia trading.
Mungkin karena mera mikhaka bahwa dalam bisnis Trading Forex está em uma posição na qual você pode estar viajando para Brasileiro ou para outros países, onde você pode entrar em contato conosco através do e-mail bai mendapatkan banyak uang dalam waktu singkat. Sama kayak orang yang principal judi.
Menurut saya pribadi sih wajar, toman namanya orang awam.
Lalu, yang sebenarnya bagaimana? Judi apa bukan sih?
Para menjawabnya, silahkan and a simak perbandingan antara Judi negociar Forex Forex berikut ini:
Judi itu bersifat untung-untungan, sementara dalam Trading Forex tidak. Ada yang namanya analisa Teknikal dan analisa Fundamental para a mengetahui apakah nilai mata uang suatu negara akan mengalami penguatan atau pelemahan. Você pode comprar produtos a preço justo, mas você pode comprar Forex Trading, comprar produtos a preço justo, mas você pode comprar outros produtos da sua preferência. Negar a comprar Câmeras de negociação e venda Operações de câmbio Finanças Câmbio de moeda estrangeira, bahkan Purarintah melakukan regulasi e pengawasan melalui BAPPETI.
Dari Uraian di atas, e uma oportunidade para começar a jogar bisa menarik, jogar Forex Trading é uma questão de Judi atau Tidak.
Apakah Trading Forex itu Haram?
Pada dasarnya, Trading Forex é uma boa idéia para você. Dan dalam Islam, hua Jual Beli itu pada dasarnya adalah halal.
Namun perlu dipahami bahwa sudut pandang (perspektif) Islão dalam menentukan Halal Haram itu sangatlah luas. Bisa jadi sesuatu yang pada dasarnya halal, namun karena proses dan cara melakukannya tidak benar, makaa bisa saja menjadi Haram.
Contoh sederhana adalah ketika ‘Berdagang’ itu dihalalkan oleh Agama, namun akan menjadi Haram jika yang diperdagangkan adalah minuman Keras. Itulah yang namanya Perspektif.
Berikut bebendo apetite kritéria yang perlu dipenuhi ágar memenuhi kaidah jual beli dalam islamismo.
Harus dilatado em orang yang sudah dewasa atau mengerti e mampu mengatur uang.
(Dalam prakteknya, corretor rata-rata Forex mewajibkan seseorang yang ingin membuka akun harus berumur 18 tahun ke atas). Harus disepakati olá kedua belah pihak, tanpa ada paksaan.
(Aktualnya, dalam Trading, Câmbio de Forex, Compra e Venda, Depósito de bahkan, jika tidak ada kesepakatan sebelumnya). Barang yang diperdagangkan adalah bukan barang najis atau Haram.
(Dalam Forex, yang diperjualbelikan bukan barang najis atau haram). Objek jual beli dapat disserah terimakan. Pembayaran dilakukan secara Tunai.
Secara um, dari sekian banyak diskusi tentang hukum trading forex yang saya temui di berbagai forum blog de maupun, rata-rata mempermasalahkan poin ke-4 dan 5 dias atrás lista de fotos.
Ada yang menganggap bahwa transaksi Negociação Forex on-line (jual beli mata está em segurança online) itu dilakukan tidak secara tunai. Dan yu menjadi dasar diharamkannya negociação Forex.
Ada juga yang menganggap bahwa yang diperjual belikan dalam Negociação Forex é uma compra de moeda secara fisik, namun hanya berupa angka-angka digital saja.
Menor preço, tempo de vida e dinheiro (FOREX) é uma questão de dinheiro Loket Money Changer.
Clique para ampliar Rupia kita dengan USD, e você pode adquirir um cartão postal / TUNAI (demais para compra no próprio USD, ID do Imediato Nome do Serviço), ou você será responsável pela sua compra no NILAI TUKAR SAAT ITU.
Sementara di Trading Forex secara On-line, compre, compre, venda, compra, venda, compra, compra, venda, compra, compra, venda, compra, venda, compra, compra, compra, venda, compra, venda, compra, venda, compra, dalai beber waktu ke depan.
Jadi dianggap TIDAK TUNAI é o mais importante para o comércio exterior. Você também pode gostar de se inscrever para uma entrevista de SPEKULASI aliás untung-untungan dan dianggap HARAM.
Pendapat Trading Forex Halal.
Dari consumo de banana para comer em um fórum de discussão, maupun blog berikut garis besar penjelasan dari merda yang berpandangan bahwa negociação forex itu halal.
Negociação Forex itu bukan sekedar tebak-tebakan atau untung-untungan. Namun perlu analisa mendalam baik secara Teknikal maupun Fundamental.
Jika anda hanya mengandalkan tebak-tebakan tanpa mempelajari ilmunya secara mendalam, baru bisa dikatakan e hanya principais alvos dan itu bisa jadi Haram.
Negociação Forex itu murni memperdagangkan mata uang asing. Keuntungan diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual.
Beda halnya denan meminjamkan uang kepada seseorang, dan sbagannyna and berharap ada pengembalian lebih.
Terkait adanya biaya Troca (biaya menginap jika posisi comércio ditahan / belum ditutup lebih dari satu hari), dan itu dianggap bunga karena bisa mengurangi lucro yang seharusnya kita dapat, hal ini bisa diatasi dengan membuka akun dengan fitur NO SWAP yang kini telah disiational di banyak Corretor yang menyediakan akun Islami (Conta Islâmica).
Meskipun kita tidak memegangnya secara langsung (secara fisik), namun dalam forex online, uang kita akan mask ka dalam saldo akun kita e sepenuhnya menjadi milik kita.
Seperti halnya saat melakukan transfer uang, kita tidak mendapatkan uang secara fisik tho, namun hanya berupa angka di rekening kita. Dan itu sah-sah aja kan?
Transaksi secara Kontan / Tunai / Langsung.
Banyak yang mempermasalahkan hal ini. Termos de Uso | Negociação Forex online itu tidak tunai dan dianggap Haram.
Mereka menganggap bahwa kita mendapatkan ativo kembali saat posisi comércio ditutup, jadi ada jeda di sana antara posisi abrir comércio dan fechar comércio, dan ini dianggapnya tidak tunai dan menyebabkan Haram.
Aktualnya, sak kita klik opsi Compre (desajuste), artinya kita membeli asset com saldo de saldo disponível para SPOT saat itu. Saldo kita langsung terpotong dan ativo itu kini menjadi milik kita seutuhnya (* TUNAI 1)
Ketika grafik berjalan, artinya património itu memiliki perubahan nilai (bisa lebih rafaur atau lebih tinggi), dan kita bebas untuk tetap menyimpannya atau menjualnya kembali.
Você sabe o que fazer em sudah cukup tinggi, kita bisa menjualnya kembali dengan klik tombol CLOSE trade. Dan secara instan as itu kini terjual kembali e mask ke saldo akun kita (* TUNAI 2).
Mohon dibedakan Trading Forex tipe SPOT ini dengan Opção binária de negociação. Karen dalam binario opcao, kita membeli / menjual aset dengan kurs sekarang, namun kita terima kembali (otomatis proximo, terjual kembali / terbeli kembali) dalam bebida waktu ke depan, meskipun dalam posisi kurs yang tidak kita inginkan. Jadi lebih condong ke arah spekulasi (Maisir, Haram).
Fatwa MUI tentang Hukum negociação Forex.
Sebagai panutan masyarakat Muçulmanos da Indonésia, MUI juga mengeluarkan pandangannya terkait hukum trading Forex ini apakah halal atau haram melalui FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL Nº: 28 / DSN-MUI / III / 2002 Tentang JUDA BELI MATA UANG (AL-SHARF).
Secara um, MUI berpandangan bahwa Negociação Forex jenis transaksi SPOT diperbolehkan, namun mengharamkan Trading Forex denen jenis transaksi FORWARD, SWAP, OPTION (opção binária de termasuk).
Berikut sedikit penjelasan tanga jenis-jenis transaksi yang dimaksud:
O karatê de Haram beli dengan sekarang, namun baru diterima nanti, padahal harga mungkin sudah berbeda. Transaksi SWAP.
Nota: Comerciante de Negociação, istambul, SWAP, berço Biaya yang muncul ketika transaksi forex ditahan mais 1 hari (tidak disclose). Dan ini dianggap bunga atau riba. Opção Transaksi.
Meskipun banyak dari masyarakat yang ‘ngikut’ dengan fatwa MUI ini, e kini beralih ke Trading Forex para transações SPOT serta menghindari SWAP, namun ada juga yang membroskorek koreksi terhadap Fatwa MUI ini.
Salah satunya adalah dari Ustadz O Dr. Muhammad Arifin Badri, M. Um yang kurang setuju perihal batas waktu penyelesaian transaksi juu beli yg dibatasi maksimal 2 hari ini.
Se você gosta de escrever um vídeo Abumusa Albakasiy, beliau kurang setuju dengan penetapan MUI tentang batas waktu penyelesaian transaksi yang maksimal 2 semanas atrás, mas asasan kondisi yang tak terhindaran karena merupakan transaksi tropicalional.
Menor noite, di era moderno seperti saat ini, seharusnya transaksi bisa dilakukan deneban lebih cepat. Membros do Denis Batasan peniana (a) 2 hari, tem saído com membros filiados para participar de riba atua para especuladores yang telah menjual dananya dengan skema spot para melangsungkan kejahatannya.
“Sudah jelas ya. Para mudar o estilo de vida muçulmano, escolha a Opção Binária, clique para acessar Fatwa MUI ini.
Saya pribadi sudah berhenti dari aktivitas trading opcao binaria yang sebelumnya saya promosikan juga melalui ulasan di blog ini ”.
Kesimpulan
Demikian é uma moeda de troca de moeda Forex Trading é uma moeda de troca de moeda de negociação forex apakah halal atau haram, termasuk juga bagaimana pechinchar MUI terkait aktifitas jual beli Valas a negociação Forex, juga sudah kita simak melalui FATWA yang dikeluarkannya.
Mudah-mudahan kita bisa mengambil porjaran dan manfaat dari ulasan di atas. Dan tetap, pada akhirnya semua keputusan kembali kepada kita sendiri. Você pode gostar Forex Trading, memilah-mila jenis transaksinya, atau sama sekali berhenti.

Hukum Trading dalam Islã Menurut Para Ulama.
Adanya mata asang merupakan salah satu bentuk dari perluasan dunia dan negara. Di satu negara nilai mata uang akan memiliki nilai yang berbeda dengan negara lainnya karena berbagai faktor dan kondisi yang menyertai negara tersebut. Hal ini berakibat juga pada perlunya keseimbangan dan pengaturan yang adil jaika terjadi transaksi antar negara.
Para sua conveniência, nós não temos nenhum tratamento de acordo com as ofertas penyetaraan mata uang. Negociação memiliki arti jual beli. Dalam hal ini, negociando unanuk juali beli mata uang atau yang dikenal dengan istilah forex trading. Berikut adalah pandangan negociação dalam sudut pandang islam. beserta hukum trading dalam islam.
Hadist dan Pendapat Ulama Mengenai Trading.
Secara um, prussip trading seualti jual beli emas atau perak yang pernah terjadi di masa Rasulullah. Juízes e todas as palavras que você ouvir não se aplicam no lugar certo, se você não sabe o que fazer. Dalam hal berjenis riba fadl. Berikut adalah prinsip-prasip dasar mengenai trading dalam hadist dan pendapat para ulama.
& # 8220; Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak, barli dengan barli, sya & rsquo; ir dengan sya & ir; ir (jenis gandum), kurma dengan kurma dan garam dengan garam dalam hal sejenis e sama haruslah secara kontan (yadan biyadin / naqdan ). Maka apabila berbeda jenisnya, jual lah sekehendak kalian dengan syarat secara kontan. & # 8221; (HR. Muslim)
Dalam hadist di asas dijelaskan bahwa, diperbolehkan adanyajual beli dengan prinsip keadilann. Bahwa semuanya harus dibayar den hal yang sepadan atau bernilai sama. De acordo com o dibayar harus secara kontan atau tunai, ágar nilai nya setara. Di kemudian hari bisa jadi nilainya sudah berubah atau berbeda, untuk itu harus disetarakan agar tidak terkena masalah penambahan nilai yang berakibat merugikan salah satu pihak.
Islã Ulama, Ibnu Mundhir, análogo da mão humana. Baganya, bisnis trading é uma espécie de animal de estimação que se encontra na fronteira entre a Ásia e a África do Sul. Sharf dalam ilmu fiqh. Para sua conveniência, nós a traduzimos automaticamente para breve como se fosse um encontro entre as duas cidades. Rúpia de Misal dengan rupiah, dollar dengan dollar. Yang boleh harus rupia dengan dólar atau sebaliknya. Tentu pembayaran ini guna menyetarakan nilai mata uang yang dibeli. Istilahnya taqabudh fi'li.
Ibnu Qudamah sendiri mengemukakan bahwa comércio ini harus memperhatikan proses kontan atau tunai atau secara langsung. Você pode comprar harus memperhatikan kondisi em pasar yang berlaku.
Di Indonésia sendiri terdapat fatwa mengenai comércio yang disepakati oleh Dewan MUI. Hal ini berrdasarkan Fatwa Dewan Syaria Nasuonal n º 28 / DNS-MUI / III / 2002 mengenai Transaksi Jual Beli Valas. Pada prinsipnya MUI memperbolehkan asalkan memenuhi kententuan:
Por favor, adivinhe yang bersifat spekulasi ada adanya ketidakjelasan Adanya transaksi berjaga-jaga (simpanan) Transaksi mata uang sejenis harus sama nilainya dan dilakukan secara kontan atau tunai. Jika berbeda maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku di pasar (taxa de mercado) saat transaksi dilakukan. Waktu ini jelas saat kapan, dimana, dan pukul berapa.
Unsur dan Syarat Negociação dalam Islam.
Dari penjelasan di atas dijelaskan bahwa hukum comércio dalam islam diperbolehkan, terutama pendapat e ijtihad dari para ulama. Dari 3 psekatan tersebut dapat diambil intisari bahwa islam memperbolehkan adanya trading. Você pode encontrar os resultados da compra de syarat-syarat yang harus dipenuhi dengan baik.
Untuk itu, ada unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam trading:
Aqid yaitu pihak-pihak yang menjadi pelaku dari transaksi Ma'qud Ilaih, yaitu barang atau komoditi yang memiliki nilai tuka dan memiliki jangka waktu Sighat A'qad yaitu proses ijab dan qabul, yaitu kesepakatan dan perjanjian yang berlaku.
Beberapa hal yang menjadi syarat atau rukun para proses trading adalah sebagai berikut,
Objek transaski harus jelas. Hal ini berkaitan dengan jenisnya, ukurannya, sifat, waktu transaksi, nilai tukar e dan tempat penyerahannya. O que você está procurando em Al Tsaman harus jelas. Jenis alat tukar yang berlaku harus benar benar disepakati dan mudah unuk diukur atau diniali. Apakah itu dalam satuan quilograma, lagoa, atau ukuran yang lainnya. Harus ada kejelasan mengenai kualitas objek transaksi. Kualitas tersebut tentu berdasarkan nilai kesepakatannya. Para começar, boleia ada proses yang tidak jelas mengenai kondisi atau keadaan disiknya. Apakah hal tersebut buruk, baik, berkualitas harus jelas keseluruhannya.




















































































































































































































































Jenis Trading e Dan Hukumnya
Transaksi valuta asing memiliki jenis-jenisnya tersendiri. Transaksi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Transaksi pembelian dan penjualan valuta asing (valas) untuk proses penyerahan pada saat itu (over the counter). Traduções online a partir de Paling dalam waktu dua hari. Prossas ini diperbolehkan karena dianggap dida dilakukan dengna tunai atau kontan. Waktu dua hari dianggap sebagai penyelesaian yang tui bisa dihindari sebagai bentuk transaksi à beira-mar yang pasti membutuhkn waktu yang merupakan transaksi tropicalional.
Transaksi forward yaitu transaksi pembelian atau penjualan valas yang ditetapkan nilainya pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu mendatang. Waktunya antara 2 hari sampai dengan 1 tahun. Hukum dari transaksi ini adalah haram, sebab harga yang digunakan adalah harga yang sifatnya mash dalam perjanjian dan tidak real saat di kemudian hari. Maka transaksi ini diharamkan.
O filme foi traduzido e traduzido para o português. Para o português, você deve adicionar os seguintes dados importantes ao mesmo: Enviar um e-mail para o amigo! Hukumnya ini adalah haram, karena mengandung não especificado.
Kontrak untuk memperoleh hak yang dalam rangka membeli yang tidak harus dilakukan melalui unit valing asing dalam harga atau nilai dan jangka waktu sampai tanggal akhir tertentu. Hukum nya hali adalah haram, karena mengandung não especificado.
Para a troca menjalankan dan transaksi ekonomi yang halal, maka uma islam juga bisa mempelajari lebut mengenai ekonomi syariah seperti hal-hal berikut ini:

Pesquisa Forex Forex Fit4Global.
Resumo Predefinição Predefinição Mata Uang Global dengan Mengkombinasikan Fundamental vs Teknikal, dalam satu kesatuan garis logika matematis yang berbasis Software Metatrader dan sejenisnya.
Forex menurut Hukum Islam.
Permalink here (line 411) Você pode enviar uma cópia do seu pedido de compra de forex, enviar um comentário ou enviar um pedido de compra para este item, ou enviar uma via de ajuda juga yang mengatakan boleh. Dibawah ini adalah pendapat yang membolehkan dari beberapa sumler tentang forex itu sendiri (sedang para yang tidak membolehkan forex itu sendiri, silahkan search de Google). Fit4global. wordpress hanya membros wacana, dan hanya fokus ke riseta ilmiah tentang pergerakan forex. Fit4global. wordpress memang didedikasikan untuk meriset secara logika e ilmiah tentang pergerakan forex baik teknikal maupun fundamental.
Forex dari Perspektif Islam.
Foto tirada do Islã em um yang meragukan kehalalan praktik perdagangan berjangka. Bagaimana menurut padangan para pakar Islam? Apa Pendapat para ulama mengenai trading forex, negociação saham, índice de negociação, saham, dan komoditi? Apakah Hukum Forex Negociação Valas Halal Menurut Hukum Islam? Mari kita ikuti selengkapnya.
Jangan engkau menjual sesuatu yang tidakadam padamu, ”sabda Nabi Muhammad VIU, dalam sebuah hadits riwayat de Abu Hurairah.
Oleh sementara fuqaha (ahli fiqih islam), hadits tersebut ditafsirkan secara saklek. Pokoknya, setiap praktik jual beli yang tidak ada barangnya pada waktu akad, haram. Penafsiran secara demikian itu, tak pelak lagi, membuat fiqih Islam is it is to be a man, is a tututan jaman yang terus berkembang dengan perubahan-perubahannya.
Karena itu, se você é um membro da equipe de governo que cuida de você, quer se esforçar para dizer o que pensa sobre você. Misalnya, Ibn al-Qayyim. Ulama bermazhab Hambali ini berpendapat, bahwa tidak jar-beli barang yang tidak ada dilarang. Baik dalam Al Qur'an, sunnah maupun fatwa para sahabat, laranjan itu tidak ada.
Dalam Sunnah Nabi, hanya terdapat laranjan menjual barang yang belga ada, sebagaimana laranganagemapa barang yang sudah ada pada waktu akad. “Jurar atau ilat larangan tersebut bukan ada atau tidak adanya barang, melainkan garar,” ujar Dr. Syamsul Anwar, MA dari IAIN SUKA Yogyakarta menjelaskan pendapat Ibn al-Qayyim. Garar adatah ketidakpastian tentang apakah barang yang diperjual-belikan itu dapat diserahkan atau tidak. Misalnya, seseorang menjual unta yang hilang. A partir de agora você pode ver as imagens de outros membros da comunidade de turismo em Bhikan no.
Jadi, mesquita pada waktu akad barangnya tidak ada, namun ada kepastian diadakan pada waktu diperlukan sehingga bisa diserahkan kepada pembeli, maka jual beli tersebut sah. Sebaliknya, kendati barangnya sudah ada tapi - karena satu dan lain hal - tidak mungkin diserahkan kepada pembeli, maka jual beli itu tidak sah.
Perdagangan berjangka, jelas, bukan garar. Sebab, dalam kontrak berjangkanya, jenis komoditi yang dijual-belikan sudah ditentukan. Begitu juga dengan jumlah, mutu, tempat dan waktu penyerahannya. Semuanya berjalan di atas rel aturan resmi yang ketat, sebagai antisipasi terjadinya praktek penyimpangan berupa penipuan - satu hal yang sebetulnya bisa juga terjadi pada praktik jua-beli konvensional.
Dalam persuadir hukum Islã, Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) (forex adalah bagian dari PBK) dapat dimasukkan ke dalam kategori almasa’il almu'ashirah atau masalah-masalah hukum islam kontemporer. Karena itu, status hukumnya dapat dikategorikan kepada masalah ijtihadiyyah. O que você precisa saber é o que você está procurando, mas o que você está procurando neste wiki, mas você também pode entrar em contato conosco através do e-mail: nash hukum yang pasti.
Na maioria das vezes, masalah hukum al-Sahrastani, em primeiro lugar, o paradigma do al-nushush é qin inta wa wa wa-waqa'i la tatanahi. Artinya, nash hukum dalam bentuk Al-Quran e Sunnah sudah selesai; tidak lagi ada tambahan. Denik demikian, kasus-kasus hukum yang baru muncul mesti diberikan kepastian hukumnya melalui ijtihad.
Dalam kasus hukum PBK, ijtihad dapat merujuk kepada teori perubahanhukum yang diperkenalkan oleh Ibn Qoyyim al-Jauziyyah. Eu gosto de beber, beber café berubah karena beber perbelhnya varlavel, yakni: waktu, tempat, niat, tujuan dan manfaat. Teori perubahan hukum ini diturunkan dari paradigma ilmu hukum dari gurunya Ibn Taimiyyah, yang menyatakan bahwa a-haqiqah fi al-a'yan la fi al-adzhan. Artinya, kebenaran hukum itu dijumpai dalam kenyataan empirik; idéia de alam pamikiran atau alam.
Paradigma ini diturunkan dari prinsip hukum Islam tentang keadilan yang dalam Al Quran digunakan istilah al-mizan, a-qisth, al-wasth, dan al-adl.
Dalam penerapannya, secara khusus masalah PBK dapat dimasukkan ke dalam bidang kajian fiqh al-siyasah maliyyah, yakni politik hukum kebendaan. O que há de novo, PBK termasuk kajian hukum Islã dalam pengertian bagaimana hukum Islam diterapkan dalam masalah kepemilikan atas harta benda, melanui perdagangan berjangka komoditi dalam era globalisasi dan perdagangan bebas.
Realizando o empolamento de mungkin dalam rangka melindungi pelaku dan pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan berjangka komoditi dalam ruang dan waktu serta pertimbangan tujuan dan manfaatnya dewasa ini, sejalan dengan semangat dan bunyi UU No. 32/1977 tentang PBK.
Karena teori perubahan hukum seperti dijelaskan di atas, dapat menunjukkan elastisitas hukum Islam dalam kelembagaan dan praktek perekonomian, maka PBK dalam sistem hukum Islã dapat dianalogikan dengan bay 'al-salam'ajl bi'ajil.
Bay'al-salam dapat diartikan sebagai berikut. Al-salam atau al-salá adalah baía 'ajl bi'ajil, yakni memperjualbelikan sesuatu yang é sinônimo de sifat-sifatnya yang terjamin kebenarannya. Di dalam transaksi demikian, penyerahan ra's al-mal dalam bentuk uang sebagai nilai tukar didahulukan daripada penyerahan komoditi yang dimaksud dalam transaksi itu. Ulama Syafi'īyah e Hanabilah mendefinisikannya dengan: “Akad atas komoditas jual beli yang diberi sifat terjamin yang ditangguhkan (ojjjjjj) dengan harga jual yang ditetapkan di dalam bursa akad”.
Keabsahan transaksi jual beli berjangka, ditentukan oleh terpenuhinya rukun e syarat sebagai berikut:
a) Rukun sebagai unsur-unsur utama yang harus ada dalam suatu peristiwa transaksi Não disponível em:
Pihak-pihak pelaku transaksi ('aqid) yang disebut dengan istilah muçulmano atau muçulmano ilaih. Objek transaksi (ma'qud alaih), yaitu barang-barang komoditi berjangka e harga tukar (ra 'al-mal al-salam dan al-muslim fih). Kalimat transaksi (Sighat "aqad"), yaitu ijab dan kabul. Yang peruk diperhatikan dari unsur unsur tersebut, adalah bahwa ijab dan qabul dinyatakan dalam bahasa dan kalimat yang jelas menunjukkan transaksi berjangka. Karena itu, ulama Syafi'iyah menekankan penggunaan istilah al-salam atau al-salaf di dalam kalimat-kalimat transaksi itu, dengan alasan bahwa 'aqd al-salam adalah bay' al-ma'dum dengan sifat dan cara berbeda dari akad jual dan Beli (comprar).
Persyaratan menyangkut objek transaksi, adalah: bahwa objek transaksi haru memenuhi kejelasan mengenai: jenisnya (um yakun fi jinsin ma'lumin), sifatnya, ukuran (kadar), jangka penyerahan, harga tukar, tempat penyerahan. Persa, a, haruna, mergulho, ou, harga, tukar (al-tsaman), adalah, Pertama, kejeling, jenis, alat tukar, yaitu, dirham, dinar, rupiah, atau, dolar, dsb, atau, barang-barang, yang, dapat, ditimbang, disukat, dsb Kedua, kejelasan, jenis, alat, tukar, apakah, rupiah, dolar, Amerika, dolar, Cingapura, dst. Apakah timbangan yang disepakati dalam bentuk quilograma, lagoa, dst. Você está procurando um lugar especial para se hospedar em apakah, onde você se instalará em baikang sedang atau buruk. Syarat-syarat di atas diteapkan dengan maksud menghilangkan jahalah fi al'aqd atau alasan ketidaktahuan kondisi-kondisi barang pada saat transaksi. Ainda assim, é preciso que os homens persuadidos de antara pelaku transaksi, yang akan merusak nilai transaksi. Kejelasan jumlah harga tukar. Como resultado, você pode usar o filtro de tela como membro PBK. Kalaupun dalam, pelaksanaannya, masih ada pihak-pihak yang, merasa dirugikan dengan peraturan, perundang-undangan, yang, ada, maka, dapatlah, digunakan, kaidah hukum, atau, maxim legal yang berbunyi: ma la yudrak kulluh la yutrak kulluh. O que você está procurando é uma pesquisa semiológica, mas você pode obter informações detalhadas em inglês.
Denik demikian, hukum dan pelaksanaan PBK sampai batas-batas tertentu boleh dinyatakan dapat diterima atau setidak-tidaknya sesuai dengan semangat dan jiwa norma hukum Islã, dengan menganalogikan kepada bay 'al-salam.
1. Os Contratos Básicos de Câmbio.
Existe um consenso geral entre os juristas islâmicos sobre a visão de que moedas de diferentes países podem ser trocadas em uma base diferente da unidade, já que moedas de países diferentes são entidades distintas com valores ou valores intrínsecos diferentes e poder de compra. Também parece haver um acordo geral entre a maioria dos estudiosos sobre a visão de que a troca de moeda a termo não é permitida, ou seja, quando os direitos e obrigações de ambas as partes se referem a uma data futura. No entanto, existe uma considerável diferença de opinião entre os juristas quando os direitos de qualquer uma das partes, que é o mesmo que a obrigação da contraparte, são diferidos para uma data futura.
Para elaborar, vamos considerar o exemplo de dois indivíduos A e B que pertencem a dois países diferentes, a Índia e os EUA, respectivamente. A pretende vender rúpias indianas e comprar dólares americanos. O inverso é verdadeiro para B. A taxa de câmbio Rúpia-Dólar acordada é 1:20 e a transação envolve compra e venda de US $ 50. A primeira situação é que A faz um pagamento à vista de Rs1000 para B e aceita o pagamento de $ 50 de B. A transação é liquidada em uma base spot de ambas as extremidades. Tais transações são válidas e islamicamente permissíveis. Não há duas opiniões sobre o mesmo. A segunda possibilidade é que a liquidação da transação de ambos os lados seja adiada para uma data futura, digamos após seis meses a partir de agora. Isso implica que tanto A como B fariam e aceitariam pagamento de Rs1000 ou US $ 50, conforme o caso, após seis meses. A visão predominante é que tal contrato não é islamicamente permissível. Uma opinião minoritária considera admissível. O terceiro cenário é que a transação é parcialmente liquidada apenas de uma extremidade. Por exemplo, A faz um pagamento de Rs1000 agora para B em vez de uma promessa de B de pagar US $ 50 a ele depois de seis meses. Alternativamente, A aceita $ 50 agora de B e promete pagar Rs1000 a ele depois de seis meses. Existem visões diametralmente opostas sobre a permissibilidade de tais contratos, que equivalem a bai-salam em moedas. O objetivo deste artigo é apresentar uma análise abrangente de vários argumentos em apoio e contra a permissibilidade desses contratos básicos envolvendo moedas. A primeira forma de contratação envolvendo troca de contra-valores em uma base spot está além de qualquer tipo de controvérsia. A permissão ou não do segundo tipo de contrato no qual a entrega de um dos contravalores é adiada para uma data futura, é geralmente discutida no âmbito da proibição da riba. Assim, discutimos este contrato em detalhe na seção 2, que trata da questão da proibição da riba. A admissibilidade da terceira forma de contrato em que a entrega de ambos os contravalores é diferida, é geralmente discutida no âmbito da redução de risco e incerteza ou gharar envolvidos em tais contratos. Este, portanto, é o tema central da seção 3, que trata da questão do gharar. A Seção 4 tenta uma visão holística da Sharia e relaciona questões como também o significado econômico das formas básicas de contratação no mercado de câmbio.
2. A questão da proibição de Riba.
A divergência de pontos de vista sobre a admissibilidade ou não de contratos de câmbio em moedas pode ser atribuída principalmente à questão da proibição da riba.
A necessidade de eliminar a riba em todas as formas de contratos de câmbio é de extrema importância. Riba em seu contexto Sharia é geralmente definido2 como um ganho ilegal derivado da desigualdade quantitativa dos contravalores em qualquer transação que pretenda efetuar a troca de duas ou mais espécies (anwa), que pertencem ao mesmo gênero (jins) e são governadas por a mesma causa eficiente (illa). Riba é geralmente classificada em riba al-fadl (excesso) e riba al-nasia (adiamento), que denota uma vantagem ilegal por meio de excesso ou diferimento, respectivamente. Proibição do primeiro é conseguida por uma estipulação de que a taxa de troca entre os objetos é a unidade e nenhum ganho é permissível para qualquer das partes. O último tipo de riba é proibido por não permitir a liquidação diferida e assegurar que a transação seja liquidada in loco por ambas as partes. Uma outra forma de riba é chamada riba al-jahiliyya ou riba pré-islâmica que surge quando o credor pede ao mutuário na data de vencimento se este pagaria a dívida ou aumentaria o mesmo. O aumento é acompanhado pela cobrança de juros sobre o montante inicialmente emprestado.
A proibição da riba na troca de moedas pertencentes a diferentes países requer um processo de analogia (qiyas). E em qualquer exercício que envolva analogia (qiyas), a causa eficiente (illa) desempenha um papel extremamente importante. É uma causa eficiente comum (illa), que conecta o objeto da analogia com seu sujeito, no exercício do raciocínio analógico. A causa eficiente apropriada (illa) no caso de contratos de câmbio foi definida de forma variada pelas principais escolas de Fiqh. Essa diferença é refletida no raciocínio análogo para moedas de papel pertencentes a diferentes países.
Uma questão de significância considerável no processo de raciocínio análogo relaciona-se à comparação entre moedas de papel com ouro e prata. Nos primórdios do Islã, ouro e prata desempenhavam todas as funções do dinheiro (thaman). Moedas eram feitas de ouro e prata com um valor intrínseco conhecido (quantum de ouro ou prata contido nelas). Tais moedas são descritas como thaman haqiqi, ou naqdain na literatura Fiqh. Estes eram universalmente aceitáveis ​​como principais meios de troca, representando uma grande quantidade de transações. Muitas outras mercadorias, como vários metais inferiores, também serviam como meio de troca, mas com aceitabilidade limitada. Estes são descritos como fals na literatura Fiqh. Estes também são conhecidos como thaman istalahi devido ao fato de que sua aceitabilidade não deriva de seu valor intrínseco, mas devido ao status concedido pela sociedade durante um determinado período de tempo. As duas formas de moeda acima foram tratadas de forma muito diferente pelos primeiros juristas islâmicos do ponto de vista da permissibilidade dos contratos que as envolvem. A questão que precisa ser resolvida é se as atuais moedas de papel da idade caem na primeira categoria ou na segunda. Um ponto de vista é que estes devem ser tratados a par com thaman haqiqi ou ouro e prata, uma vez que estes servem como o principal meio de troca e unidade de conta como o último. Assim, por raciocínio análogo, todas as normas e injunções relacionadas à Sharia aplicáveis ​​a thaman haqiqi também devem ser aplicáveis ​​ao papel-moeda. A troca de thaman haqiqi é conhecida como bai-sarf e, portanto, as transações em moedas de papel devem ser governadas pelas regras da Sharia relevantes para bai-sarf. A visão contrária afirma que as moedas de papel devem ser tratadas de maneira similar a fals ou thaman istalahi devido ao fato de que seu valor de face é diferente de seu valor intrínseco. Sua aceitabilidade decorre de seu status legal dentro do país ou da importância econômica global (como no caso do dólar americano, por exemplo).
2.1. Uma síntese de visões alternativas.
2.1.1. Raciocínio Analógico (Qiyas) para a Proibição de Riba.
A proibição da riba é baseada na tradição que o santo profeta (a paz esteja com ele) disse: “Venda ouro por ouro, prata por prata, trigo por trigo, cevada por cevada, data por data, sal por sal, em mesmas quantidades no local; e quando as mercadorias são diferentes, venda como lhe convier, mas no local. ”Assim, a proibição da riba se aplica principalmente aos dois metais preciosos (ouro e prata) e quatro outras commodities (trigo, cevada, tâmaras e sal). . Também se aplica, por analogia (qiyas) a todas as espécies que são governadas pela mesma causa eficiente (illa) ou que pertencem a qualquer um dos gêneros dos seis objetos citados na tradição. No entanto, não há um acordo geral entre as várias escolas de Fiqh e até mesmo estudiosos pertencentes à mesma escola sobre a definição e identificação de causa eficiente (illa) da riba.
Para os Hanafis, a causa eficiente (illa) da riba tem duas dimensões: os artigos trocados pertencem ao mesmo gênero (jins); estes possuem peso (wazan) ou mensurabilidade (kiliyya). Se numa dada troca, ambos os elementos da causa eficiente (illa) estão presentes, isto é, os contra-valores trocados pertencem ao mesmo gênero (jins) e são todos passíveis de ser mensuráveis, então nenhum ganho é permissível (a taxa de câmbio deve ser igual à unidade) e a troca deve ser feita no local. No caso do ouro e da prata, os dois elementos da causa eficiente (illa) são: unidade do gênero (jins) e usinabilidade. Esta é também a visão Hanbali de acordo com uma versão3. (Uma versão diferente é semelhante à visão Shafii e Maliki, conforme discutido abaixo.) Assim, quando o ouro é trocado por ouro, ou a prata é trocada por prata, somente transações pontuais sem qualquer ganho são permissíveis. Também é possível que em uma dada troca, um dos dois elementos da causa eficiente (illa) esteja presente e o outro esteja ausente. Por exemplo, se os artigos trocados são todos fáceis de entender ou mensuráveis, mas pertencem a gêneros diferentes (jins) ou, se os artigos trocados pertencem ao mesmo gênero (jins), mas não é nem homogêneo nem mensurável, então troca com ganho (a uma taxa diferente de unidade) é permissível, mas a troca deve ser feita no local. Assim, quando o ouro é trocado por prata, a taxa pode ser diferente da unidade, mas nenhuma liquidação diferida é permissível. Se nenhum dos dois elementos da causa eficiente (illa) da riba estiverem presentes em uma determinada troca, então nenhuma das liminares para a proibição da riba se aplicará. A troca pode ocorrer com ou sem ganho e em uma base pontual ou diferida.
Considerando o caso de câmbio envolvendo moedas de papel pertencentes a diferentes países, a proibição da riba exigiria uma busca por uma causa eficiente (illa). Moedas pertencentes a diferentes países são entidades claramente distintas; estes são moeda legal dentro de limites geográficos específicos com diferentes valores intrínsecos ou poder de compra. Assim, uma grande maioria dos estudiosos talvez afirme corretamente que não há unidade de gênero (jins). Além disso, estes não são nem maleáveis ​​nem mensuráveis. Isto leva a uma conclusão direta de que nenhum dos dois elementos da causa eficiente (illa) da riba existe em tal troca. Portanto, a troca pode ocorrer sem qualquer liminar em relação à taxa de câmbio e à maneira de liquidação. A lógica subjacente a essa posição não é difícil de compreender. O valor intrínseco das moedas de papel pertencentes a diferentes países difere, uma vez que estas possuem um poder de compra diferente. Além disso, o valor intrínseco ou o valor das moedas de papel não podem ser identificados ou avaliados, ao contrário do ouro e da prata, que podem ser pesados. Assim, nem a presença de riba al-fadl (por excesso), nem riba al-nasia (por diferimento) pode ser estabelecida.
A escola Shafii de Fiqh considera a causa eficiente (illa) no caso de ouro e prata serem sua propriedade de ser moeda (thamaniyya) ou o meio de troca, unidade de conta e reserva de valor. Esta é também a visão de Maliki. De acordo com uma versão desse ponto de vista, mesmo que papel ou couro sejam feitos como meio de troca e recebam o status de moeda, todas as regras referentes a naqdain ou ouro e prata se aplicam a eles. Assim, de acordo com esta versão, a troca envolvendo moedas de diferentes países a uma taxa diferente da unidade é permissível, mas deve ser liquidada com base no local. Outra versão das duas escolas de pensamento acima é que a causa eficiente citada acima (illa) de ser moeda (thamaniyya) é específica de ouro e prata, e não pode ser generalizada. Ou seja, qualquer outro objeto, se usado como meio de troca, não pode ser incluído em sua categoria. Assim, de acordo com esta versão, as injunções da Sharia para a proibição da riba não são aplicáveis ​​às moedas de papel. As moedas pertencentes a diferentes países podem ser trocadas com ou sem ganho e em base pontual ou diferida.
Os proponentes da versão anterior citam o caso da troca de moedas de papel pertencentes ao mesmo país em defesa de sua versão. A opinião consensual dos juristas, neste caso, é que tal troca deve ser sem qualquer ganho ou a uma taxa igual à unidade e deve ser resolvida em uma base local. Qual é a razão subjacente à decisão acima? Se considerarmos o Hanafi e a primeira versão da posição de Hanbali, então, neste caso, apenas uma dimensão da causa eficiente (illa) está presente, isto é, pertencem ao mesmo gênero (jins). Mas as moedas de papel não são nem maleáveis ​​nem mensuráveis. Assim, a lei Hanafi aparentemente permitiria a troca de quantidades diferentes da mesma moeda em uma base de ponto. Da mesma forma, se a causa eficiente de ser moeda (thamaniyya) é específica apenas para ouro e prata, então a lei de Shafii e Maliki também permitiria o mesmo. Escusado será dizer que isso equivale a permitir empréstimos e empréstimos baseados na riba. Isso mostra que, é a primeira versão do pensamento Shafii e Maliki que fundamenta a decisão consensual de proibição de ganho e liquidação diferida em caso de troca de moedas pertencentes ao mesmo país. De acordo com os proponentes, estender essa lógica à troca de moedas de diferentes países implicaria que a troca com ganho ou a uma taxa diferente da unidade é permissível (já que não há unidade de jins), mas a liquidação deve ser feita no local.
2.1.2 Comparação entre Câmbio de Moeda e Bai-Sarf.
Bai-sarf é definida na literatura Fiqh como uma troca envolvendo thaman haqiqi, definida como ouro e prata, que serviu como principal meio de troca para quase todas as principais transações.
Os proponentes da opinião de que qualquer troca de moedas de diferentes países é a mesma de bai-sarf argumentam que, na era atual, as moedas de papel substituíram de maneira efetiva e completa o ouro e a prata como meio de troca. Assim, por analogia, a troca envolvendo tais moedas deve ser governada pelas mesmas regras e injunções da Sharia como bai-sarf. Argumenta-se também que, se a liquidação adiada por qualquer uma das partes do contrato for permitida, isso abriria as possibilidades de riba-al nasia.
Os oponentes da categorização de câmbio com bai-sarf, no entanto, apontam que a troca de todas as formas de moeda (thaman) não pode ser denominada como bai-sarf. De acordo com essa visão, bai-sarf implica troca de moedas feitas de ouro e prata (thaman haqiqi ou naqdain) sozinha e não de dinheiro pronunciado como tal pelas autoridades estatais (thaman istalahi). As atuais moedas de idade são exemplos do último tipo. Esses estudiosos encontram apoio naqueles escritos que afirmam que, se as mercadorias da troca não são ouro ou prata (mesmo se uma delas é ouro ou prata), então a troca não pode ser chamada de bai-sarf. Nem as estipulações relativas ao bai-sarf seriam aplicáveis ​​a tais trocas. De acordo com Imam Sarakhsi, 4 “quando um indivíduo compra falsas ou moedas feitas de metais inferiores, tais como cobre (thaman istalahi) para dirhams (thaman haqiqi) e faz um pagamento à vista do último, mas o vendedor não tem falsas momento, então essa troca é permissível ...... tomar posse de mercadorias trocadas por ambas as partes não é uma pré-condição "(enquanto no caso de bai-sarf, é.) Um número de referências semelhantes existem que indicam que os juristas não classificam uma troca de fals (thaman istalahi) por outro falso (thaman istalahi) ou ouro ou prata (thaman haqiqi), como bai-sarf.
Assim, as trocas de moedas de dois países diferentes que só podem ser qualificadas como thaman istalahi não podem ser categorizadas como bai-sarf. Tampouco a restrição relativa à liquidação à vista pode ser imposta a tais transações. Deve-se notar aqui que a definição de bai-sarf é fornecida literatura de Fiqh e não há menção do mesmo nas tradições sagradas. As tradições mencionam a riba, e a venda e compra de ouro e prata (naqdain), que pode ser uma importante fonte de riba, é descrita como bai-sarf pelos juristas islâmicos. Também deve ser notado que, na literatura Fiqh, bai-sarf implica troca de ouro ou prata apenas; se estes estão sendo usados ​​como meio de troca ou não. Troca envolvendo dinares e ornamentos de ouro, ambos com qualidade de bai-sarf. Vários juristas procuraram esclarecer esse ponto e definiram sarf como a troca em que ambas as mercadorias trocadas são da natureza do thaman, e não necessariamente delas mesmas. Assim, mesmo quando uma das mercadorias é processada ouro (digamos, ornamentos), essa troca é chamada bai-sarf.
Os proponentes da opinião de que o câmbio deve ser tratado de maneira similar à bai-sarf também derivam do apoio de escritos de eminentes juristas islâmicos. Segundo Imam Ibn Taimiya, “qualquer coisa que desempenhe as funções de meio de troca, unidade de conta e reserva de valor é chamada thaman (não necessariamente limitada a ouro e prata). Referências semelhantes estão disponíveis nos escritos do Imam Ghazzali5. No que diz respeito às opiniões do Imam Sarakhshi em relação à troca envolvendo fals, de acordo com eles, alguns pontos adicionais precisam ser tomados em consideração. Nos primórdios do Islã, dinares e dirhams feitos de ouro e prata eram usados ​​principalmente como meio de troca em todas as principais transações. Apenas os menores foram resolvidos com fals. Em outras palavras, o fals não possuía as características de dinheiro ou thamaniyya na íntegra e dificilmente era usado como reserva de valor ou unidade de conta e estava mais na natureza da mercadoria. Portanto, não houve restrição à compra do mesmo para ouro e prata em uma base diferida. As moedas atuais têm todas as características do thaman e devem ser apenas thaman. A troca envolvendo moedas de diferentes países é igual a bai-sarf com diferença de jins e, portanto, a liquidação diferida levaria à riba al-nasia.
O Dr. Mohamed Nejatullah Siddiqui ilustra essa possibilidade com um exemplo6. Ele escreve: “Num dado momento no tempo, quando a taxa de câmbio do mercado entre dólar e rupia é 1:20, se um indivíduo compra US $ 50 à taxa de 1:22 (liquidação de sua obrigação em rúpias diferida para uma data futura), então é altamente provável que ele esteja, de fato, tomando emprestado Rs. 1000 agora em vez de uma promessa de pagar Rs. 1100 em uma data posterior especificada. (Desde então, ele pode obter Rs 1000 agora, trocando os US $ 50 comprados a crédito na taxa à vista) ”Assim, sarf pode ser convertido em empréstimo baseado em juros & amp; empréstimo.
2.1.3 Definir Thamaniyya é a chave?
Aparece da síntese acima de visões alternativas que a questão chave parece ser uma definição correta de thamaniyya. Por exemplo, uma questão fundamental que leva a posições divergentes sobre a permissibilidade diz respeito a se o thamaniyya é específico do ouro e da prata, ou pode ser associado a qualquer coisa que desempenhe as funções do dinheiro. Nós levantamos algumas questões abaixo que podem ser levadas em conta em qualquer exercício de reconsideração de posições alternativas.
Deve ser apreciado que o thamaniyya pode não ser absoluto e pode variar em graus. É verdade que as moedas de papel substituíram completamente o ouro e a prata como meio de troca, unidade de conta e reserva de valor. Neste sentido, pode-se dizer que as moedas de papel possuem thamaniyya. No entanto, isso é verdade apenas para moedas nacionais e pode não ser verdadeiro para moedas estrangeiras. Em outras palavras, as rúpias indianas possuem thamaniyya dentro dos limites geográficos da Índia apenas, e não têm nenhuma aceitação nos EUA. Não se pode dizer que estes possuam thamaniyya nos EUA, a menos que um cidadão americano possa usar rúpias indianas como meio de troca, unidade de conta ou reserva de valor. Na maioria dos casos, essa possibilidade é remota. Essa possibilidade também é uma função do mecanismo de taxa de câmbio em vigor, como a conversibilidade das rúpias indianas em dólares norte-americanos e a existência ou não de um sistema de taxa de câmbio fixa ou flutuante. Por exemplo, assumindo a livre conversibilidade das rúpias indianas em dólares americanos e vice-versa, e um sistema cambial fixo em que não se espera que a taxa de câmbio rupia-dólar aumente ou diminua no futuro previsível, o thamaniyya da rupia nos EUA é consideravelmente melhorado . O exemplo citado pelo Dr. Nejatullah Siddiqui também parece bastante robusto sob as circunstâncias. A permissão para trocar rúpias por dólares em uma base diferida (de um lado, é claro) a uma taxa diferente da taxa à vista (taxa oficial que provavelmente permanecerá fixa até a data da liquidação) seria um caso claro de juros empréstimos e empréstimos. No entanto, se a suposição de taxa de câmbio fixa for relaxada e se presumir que o atual sistema de taxas de câmbio flutuantes e voláteis é o caso, então pode ser demonstrado que o caso de riba al-nasia se desfaz. Reescrevemos seu exemplo: “Num dado momento no tempo, quando a taxa de câmbio do mercado entre dólar e rupia é 1:20, se um indivíduo compra US $ 50 à taxa de 1:22 (liquidação de sua obrigação em rúpias diferida para um futuro data), então é altamente provável que ele esteja, de fato, tomando emprestado Rs. 1000 agora em vez de uma promessa de pagar Rs. 1100 em uma data posterior especificada. (Desde então, ele pode obter Rs 1000 agora, trocando os US $ 50 comprados a crédito na taxa à vista) ”Isto seria assim, somente se o risco cambial é inexistente (a taxa de câmbio permanece em 1:20), ou é suportado pelo vendedor de dólares (o comprador paga em rupias e não em dólares). Se o primeiro é verdadeiro, então o vendedor do dólar (credor) recebe um retorno predeterminado de dez por cento quando ele converte Rs1100 recebido na data de vencimento em $ 55 (a uma taxa de câmbio de 1:20). No entanto, se o último for verdadeiro, o retorno ao vendedor (ou ao credor) não é predeterminado. Não precisa nem ser positivo. Por exemplo, se a taxa de câmbio rupia-dólar aumentar para 1:25, o vendedor de dólar receberia apenas US $ 44 (Rs 1100 convertidos em dólares) por seu investimento de US $ 50.
Aqui dois pontos são dignos de nota. Primeiro, quando se assume um regime de taxa de câmbio fixa, a distinção entre moedas de diferentes países é diluída. A situação se torna semelhante a trocar libras esterlinas (moedas pertencentes ao mesmo país) a uma taxa fixa. Segundo, quando se assume um sistema volátil de câmbio, então, assim como se pode visualizar o empréstimo através do mercado de moedas estrangeiras (mecanismo sugerido no exemplo acima), também é possível visualizar o empréstimo através de qualquer outro mercado organizado (como commodities ou ações .) Se alguém substitui dólares por ações no exemplo acima, ele seria: “Em um dado momento, quando o preço de mercado do estoque X é Rs 20, se um indivíduo compra 50 ações à taxa de Rs 22 (liquidação de sua obrigação em rúpias diferida para uma data futura), então é altamente provável que ele esteja, de fato, tomando emprestado Rs. 1000 agora em vez de uma promessa de pagar Rs. 1100 em uma data posterior especificada. (Desde então, ele pode obter Rs 1000 agora, trocando as 50 ações compradas a crédito a preço atual) ”Neste caso, como no exemplo anterior, retornos para o vendedor de ações podem ser negativos se o preço das ações subir para Rs 25 na data de liquidação. Assim, assim como os retornos no mercado de ações ou no mercado de commodities são islamicamente aceitáveis ​​por causa do risco de preço, o mesmo ocorre com os retornos no mercado de moedas devido às flutuações nos preços das moedas.
Uma característica única do thaman haqiqi ou ouro e prata é que o valor intrínseco da moeda é igual ao seu valor nominal. Assim, a questão das diferentes fronteiras geográficas dentro das quais uma determinada moeda, como dinar ou dirham circula, é completamente irrelevante. Ouro é ouro, seja no país A ou no país B. Assim, quando a moeda do país A de ouro é trocada por moeda do país B, também feita de ouro, então qualquer desvio da taxa de câmbio da unidade ou diferimento de liquidação por qualquer das partes não pode ser permitido, pois envolveria claramente riba al-fadl e também riba al-nasia. No entanto, quando as moedas de papel do país A são trocadas por papel-moeda do país B, o caso pode ser totalmente diferente. O risco de preço (risco de taxa de câmbio), se positivo, eliminaria qualquer possibilidade de riba al-nasia na troca com liquidação diferida. No entanto, se o risco de preço (risco de taxa de câmbio) for zero, tal troca poderia ser uma fonte de riba al-nasia se a liquidação diferida for permitida7.
Outro ponto que merece séria consideração é a possibilidade de certas moedas possuírem thamaniyya, isto é, usado como meio de troca, unidade de conta ou reserva de valor globalmente, tanto no interior quanto no exterior. Por exemplo, o dólar americano é moeda legal dentro dos EUA; também é aceitável como meio de troca ou unidade de conta para um grande volume de transações em todo o mundo. Assim, pode-se dizer que esta moeda específica possui thamaniyya globalmente, caso em que os juristas podem impor as injunções relevantes nas trocas envolvendo essa moeda específica para evitar a riba al-nasia. O fato é que, quando uma moeda possui thamaniyya globalmente, as unidades econômicas que usam essa moeda global como meio de troca, unidade de conta ou reserva de valor podem não se preocupar com o risco decorrente da volatilidade das taxas de câmbio entre os países. Ao mesmo tempo, deve-se reconhecer que a grande maioria das moedas não desempenha as funções do dinheiro, exceto dentro de suas fronteiras nacionais, onde elas são de curso legal.
Riba e risco não podem coexistir no mesmo contrato. O primeiro conota uma possibilidade de retorno com risco zero e não pode ser obtido através de um mercado com risco de preço positivo. Como foi discutido acima, a possibilidade de riba al-fadl ou riba al-nasia pode surgir em troca quando ouro ou prata funcionam como thaman; ou quando a troca envolve moedas de papel pertencentes ao mesmo país; ou quando a troca envolve moedas de diferentes países seguindo um sistema de taxa de câmbio fixa. A última possibilidade talvez seja a falta de clareza8, uma vez que o preço ou a taxa de câmbio das moedas deve flutuar livremente de acordo com as mudanças na demanda e na oferta e também porque os preços devem refletir o valor intrínseco ou o poder de compra das moedas. Os mercados de moeda estrangeira de hoje são caracterizados por taxas de câmbio voláteis. Os ganhos ou perdas realizados em qualquer transação em moedas de diferentes países são justificados pelo risco suportado pelas partes do contrato.
2.1.4. Possibilidade de Riba com Futuros e Forwards.
Até agora, discutimos pontos de vista sobre a permissibilidade do bai salam nas moedas, isto é, quando a obrigação de apenas uma das partes da bolsa é diferida. Quais são as opiniões dos estudiosos sobre o adiamento de obrigações de ambas as partes? Exemplos típicos de tais contratos são contratos a prazo e futuros9. De acordo com a grande maioria dos estudiosos, isso não é permissível por vários motivos, sendo o mais importante o elemento de risco e incerteza (gharar) e a possibilidade de especulação de um tipo que não é permissível. Isso é discutido na seção 3. No entanto, outro motivo para rejeitar tais contratos pode ser a proibição da riba. No parágrafo anterior, discutimos que o bai salam em moedas com taxas de câmbio flutuantes não pode ser usado para ganhar riba por causa da presença de risco cambial. É possível demonstrar que o risco cambial pode ser coberto ou reduzido a zero com outro contrato a termo negociado simultaneamente. E uma vez que o risco é eliminado, o ganho claramente seria riba.
Modificamos e reescrevemos o mesmo exemplo: “Num dado momento no tempo em que a taxa de câmbio do mercado entre dólar e rupia é 1:20, um indivíduo compra US $ 50 à taxa de 1:22 (quitação de sua obrigação em rúpias diferidas para uma data futura), e o vendedor de dólares também protege sua posição fazendo um contrato a termo para vender Rs1100 a ser recebido na data futura a uma taxa de 1:20, então é altamente provável que ele seja, de fato, emprestando Rs. 1000 agora em vez de uma promessa de pagar Rs. 1100 em uma data posterior especificada. (Desde então, ele pode obter Rs 1000 agora, trocando os 50 dólares comprados em crédito à taxa spot) ”O vendedor dos dólares (credor) recebe um retorno predeterminado de dez por cento quando converte Rs1100 recebidos na data de vencimento em 55 dólares ( a uma taxa de câmbio de 1:20) pelo seu investimento de 50 dólares, independentemente da taxa de câmbio de mercado prevalecente na data de vencimento.
Outra maneira simples e simples de ganhar riba pode até envolver uma transação à vista e uma transação futura simultânea. Por exemplo, o indivíduo no exemplo acima compra US $ 50 em uma base à vista à taxa de 1:20 e simultaneamente celebra um contrato a termo com a mesma parte para vender US $ 50 à taxa de 1:21 após um mês. Com efeito, isso implica que ele está emprestando Rs1000 agora ao vendedor de dólares por um mês e ganha uma participação de Rs50 (ele recebe Rs1050 após um mês. Essa é uma transação típica de recompra ou recompra tão comum em operações bancárias convencionais). .10.
3. A questão da liberdade de Gharar.
Gharar, ao contrário da riba, não tem uma definição consensual. Em termos gerais, isso implica risco e incerteza. É útil ver o gharar como um continuum de risco e incerteza em que o ponto extremo do risco zero é o único ponto que está bem definido. Além desse ponto, gharar se torna uma variável e o gharar envolvido em um contrato de vida real estaria em algum lugar desse continuum. Além de um ponto nesse continuum, o risco e a incerteza ou o gharar se tornam inaceitáveis11. Juristas tentaram identificar tais situações envolvendo gharar proibido. Um fator importante que contribui para o gharar é a informação inadequada (jahl) que aumenta a incerteza. É quando os termos de troca, como preço, objetos de troca, tempo de liquidação etc., não são bem definidos. Gharar também é definido em termos de risco de liquidação ou a incerteza em torno da entrega dos artigos trocados.
Estudiosos islâmicos identificaram as condições que tornam um contrato incerto na medida em que é proibido. Cada parte do contrato deve ser clara quanto à quantidade, especificação, preço, hora e local de entrega do contrato. Um contrato, por exemplo, para vender peixe no rio envolve incerteza sobre o assunto da troca, sobre sua entrega e, portanto, não é islamicamente permissível. A necessidade de eliminar qualquer elemento de incerteza inerente a um contrato é ressaltada por várias tradições.
Um resultado de excesso de gharar ou incerteza é que isso leva à possibilidade de especulação de uma variedade que é proibida. Especulação em sua pior forma é o jogo. O sagrado Alcorão e as tradições do santo profeta proíbem explicitamente os ganhos obtidos a partir de jogos de azar que envolvem rendimentos não ganhos. O termo usado para jogar é maisir, o que literalmente significa conseguir algo com muita facilidade, obtendo um lucro sem trabalhar para ele. Além de puros jogos de azar, o santo profeta também proibia ações que gerassem rendas não realizadas sem muito esforço produtivo.13.
Aqui pode ser notado que o termo especulação tem diferentes conotações. Sempre envolve uma tentativa de prever o resultado futuro de um evento. Mas o processo pode ou não ser apoiado pela coleta, análise e interpretação de informações relevantes. O primeiro caso está muito em conformidade com a racionalidade islâmica. Uma unidade econômica islâmica é obrigada a assumir riscos depois de fazer uma avaliação adequada do risco com a ajuda da informação. All business decisions involve speculation in this sense. It is only in the absence of information or under conditions of excessive gharar or uncertainty that speculation is akin to a game of chance and is reprehensible.
3.2 Gharar & Speculation with of Futures & Para a frente
Considering the case of the basic exchange contracts highlighted in section 1, it may be noted that the third type of contract where settlement by both the parties is deferred to a future date is forbidden, according to a large majority of jurists on grounds of excessive gharar. Futures and forwards in currencies are examples of such contracts under which two parties become obliged to exchange currencies of two different countries at a known rate at the end of a known time period. For example, individuals A and B commit to exchange US dollars and Indian rupees at the rate of 1: 22 after one month. If the amount involved is $50 and A is the buyer of dollars then, the obligations of A and B are to make a payments of Rs1100 and $50 respectively at the end of one month. O contrato é liquidado quando ambas as partes honram suas obrigações na data futura.
Traditionally, an overwhelming majority of Sharia scholars have disapproved such contracts on several grounds. The prohibition applies to all such contracts where the obligations of both parties are deferred to a future date, including contracts involving exchange of currencies. An important objection is that such a contract involves sale of a non-existent object or of an object not in the possession of the seller. This objection is based on several traditions of the holy prophet.14 There is difference of opinion on whether the prohibition in the said traditions apply to foodstuffs, or perishable commodities or to all objects of sale. There is, however, a general agreement on the view that the efficient cause (illa) of the prohibition of sale of an object which the seller does not own or of sale prior to taking possession is gharar, or the possible failure to deliver the goods purchased.
Is this efficient cause (illa) present in an exchange involving future contracts in currencies of different countries ? In a market with full and free convertibility or no constraints on the supply of currencies, the probability of failure to deliver the same on the maturity date should be no cause for concern. Further, the standardized nature of futures contracts and transparent operating procedures on the organized futures markets15 is believed to minimize this probability. Some recent scholars have opined in the light of the above that futures, in general, should be permissible. According to them, the efficient cause (illa), that is, the probability of failure to deliver was quite relevant in a simple, primitive and unorganized market. It is no longer relevant in the organized futures markets of today16. Such contention, however, continues to be rejected by the majority of scholars. They underscore the fact that futures contracts almost never involve delivery by both parties. On the contrary, parties to the contract reverse the transaction and the contract is settled in price difference only. For example, in the above example, if the currency exchange rate changes to 1: 23 on the maturity date, the reverse transaction for individual A would mean selling $50 at the rate of 1:23 to individual B. This would imply A making a gain of Rs50 (the difference between Rs1150 and Rs1100). This is exactly what B would lose. It may so happen that the exchange rate would change to 1:21 in which case A would lose Rs50 which is what B would gain. This obviously is a zero-sum game in which the gain of one party is exactly equal to the loss of the other. This possibility of gains or losses (which theoretically can touch infinity) encourages economic units to speculate on the future direction of exchange rates. Since exchange rates fluctuate randomly, gains and losses are random too and the game is reduced to a game of chance. There is a vast body of literature on the forecastability of exchange rates and a large majority of empirical studies have provided supporting evidence on the futility of any attempt to make short-run predictions. Exchange rates are volatile and remain unpredictable at least for the large majority of market participants. Needless to say, any attempt to speculate in the hope of the theoretically infinite gains is, in all likelihood, a game of chance for such participants. While the gains, if they materialize, are in the nature of maisir or unearned gains, the possibility of equally massive losses do indicate a possibility of default by the loser and hence, gharar.
3.3. Risk Management in Volatile Markets.
Hedging or risk reduction adds to planning and managerial efficiency. The economic justification of futures and forwards is in term of their role as a device for hedging. In the context of currency markets which are characterized by volatile rates, such contracts are believed to enable the parties to transfer and eliminate risk arising out of such fluctuations. For example, modifying the earlier example, assume that individual A is an exporter from India to US who has already sold some commodities to B, the US importer and anticipates a cashflow of $50 (which at the current market rate of 1:22 mean Rs 1100 to him) after one month. There is a possibility that US dollar may depreciate against Indian rupee during these one month, in which case A would realize less amount of rupees for his $50 ( if the new rate is 1:21, A would realize only Rs1050 ). Hence, A may enter into a forward or future contract to sell $50 at the rate of 1:21.5 at the end of one month (and thereby, realize Rs1075) with any counterparty which, in all probability, would have diametrically opposite expectations regarding future direction of exchange rates. In this case, A is able to hedge his position and at the same time, forgoes the opportunity of making a gain if his expectations do not materialize and US dollar appreciates against Indian rupee (say, to 1:23 which implies that he would have realized Rs1150, and not Rs1075 which he would realize now.) While hedging tools always improve planning and hence, performance, it should be noted that the intention of the contracting party – whether to hedge or to speculate, can never be ascertained.
It may be noted that hedging can also be accomplished with bai salam in currencies. As in the above example, exporter A anticipating a cash inflow of $50 after one month and expecting a depreciation of dollar may go for a salam sale of $50 (with his obligation to pay $50 deferred by one month.) Since he is expecting a dollar depreciation, he may agree to sell $50 at the rate of 1: 21.5. There would be an immediate cash inflow in Rs 1075 for him. The question may be, why should the counterparty pay him rupees now in lieu of a promise to be repaid in dollars after one month. As in the case of futures, the counterparty would do so for profit, if its expectations are diametrically opposite, that is, it expects dollar to appreciate. For example, if dollar appreciates to 1: 23 during the one month period, then it would receive Rs1150 for Rs 1075 it invested in the purchase of $50. Thus, while A is able to hedge its position, the counterparty is able to earn a profit on trading of currencies. The difference from the earlier scenario is that the counterparty would be more restrained in trading because of the investment required, and such trading is unlikely to take the shape of rampant speculation.
4. Resumo & amp; Conclusão.
Os mercados de moeda corrente de hoje são caracterizados por taxas de câmbio voláteis. Este fato deve ser levado em conta em qualquer análise dos três tipos básicos de contratos em que a base de distinção é a possibilidade de diferimento de obrigações para o futuro. Nós tentamos uma avaliação dessas formas de contratação em termos da necessidade esmagadora de eliminar qualquer possibilidade de riba, minimizar gharar, jahl e a possibilidade de especulação de um tipo semelhante aos jogos de azar. Num mercado volátil, os participantes estão expostos ao risco cambial e a racionalidade islâmica exige que esse risco seja minimizado no interesse da eficiência, se não for reduzido a zero.
It is obvious that spot settlement of the obligations of both parties would completely prohibit riba, and gharar, and minimize the possibility of speculation. However, this would also imply the absence of any technique of risk management and may involve some practical problems for the participants.
At the other extreme, if the obligations of both the parties are deferred to a future date, then such contracting, in all likelihood, would open up the possibility of infinite unearned gains and losses from what may be rightly termed for the majority of participants as games of chance. Of course, these would also enable the participants to manage risk through complete risk transfer to others and reduce risk to zero. It is this possibility of risk reduction to zero which may enable a participant to earn riba. Future is not a new form of contract. Rather the justification for proscribing it is new. If in a simple primitive economy, it was prevention of gharar relating to delivery of the exchanged article, in todays’ complex financial system and organized exchanges, it is prevention of speculation of kind which is unIslamic and which is possible under excessive gharar involved in forecasting highly volatile exchange rates. Such speculation is not just a possibility, but a reality. The precise motive of an economic unit entering into a future contract – speculation or hedging may not ascertainable ( regulators may monitor end use, but such regulation may not be very practical, nor effective in a free market). Empirical evidence at a macro level, however, indicates the former to be the dominant motive.
The second type of contracting with deferment of obligations of one of the parties to a future date falls between the two extremes. While Sharia scholars have divergent views about its permissibility, our analysis reveals that there is no possibility of earning riba with this kind of contracting. The requirement of spot settlement of obligations of atleast one party imposes a natural curb on speculation, though the room for speculation is greater than under the first form of contracting. The requirement amounts to imposition of a hundred percent margin which, in all probability, would drive away the uninformed speculator from the market. This should force the speculator to be a little more sure of his expectations by being more informed. When speculation is based on information it is not only permissible, but desirable too. Bai salam would also enable the participants to manage risk. At the same time, the requirement of settlement from one end would dampen the tendency of many participants to seek a complete transfer of perceived risk and encourage them to make a realistic assessment of the actual risk. .
Notes & Referências.
1. Essas visões diversas se refletem nos trabalhos apresentados no Quarto Seminário Fiqh, organizado pela Academia Islâmica de Fiqh, na Índia, em 1991, que foram posteriormente publicados em Majalla Fiqh Islami, parte 4 pela Academia. A discussão sobre a proibição da riba baseia-se nesses pontos de vista.
2. Nabil Saleh, Unlawful gain and Legitimate Profit in Islamic Law, Graham and Trotman, London, 1992, p.16.
3. Ibn Qudama, al-Mughni, vol.4, pp.5-9.
4. Shams al Din al Sarakhsi, al-Mabsut, vol 14, pp 24-25.
5. Paper presented by Abdul Azim Islahi at the Fourth Fiqh Seminar organized by Islamic Fiqh Academy, India in 1991.
6. Paper by Dr M N Siddiqui highlighting the issue was circulated among all leading Fiqh scholars by the Islamic Fiqh Academy, India for their views and was the main theme of deliberations during the session on Currency Exchange at the Fourth Fiqh Seminar held in 1991.
7. It is contended by some that the above example may be modified to show the possibility of riba with spot settlement too. “In a given moment in time when the market rate of exchange between dollar and rupee is 1:20, if an individual purchases $50 at the rate of 1:22 (settlement of his obligation also on a spot basis), then it amounts to the seller of dollars exchanging $50 with $55 on a spot basis (Since, he can obtain Rs 1100 now, exchange them for $55 at spot rate of 1:20)” Thus, spot settlement can also be a clear source of riba. Does this imply that spot settlement should be proscribed too ? The fallacy in the above and earlier examples is that there is no single contract but multiple contracts of exchange occurring at different points in time (true even in the above case). Riba can be earned only when the spot rate of 1:20 is fixed during the time interval between the transactions. This assumption is, needless to say, unrealistic and if imposed artificially, perhaps unIslamic.
8. Islam envisages a free market where prices are determined by forces of demand and supply. There should be no interference in the price formation process even by the regulators. While price control and fixation is generally accepted as unIslamic, some scholars, such as, Ibn Taimiya do admit of its permissibility. However, such permissibility is subject to the condition that price fixation is intended to combat cases of market anomalies caused by impairing the conditions of free competition. If market conditions are normal, forces of demand and supply should be allowed a free play in determination of prices.
9. Some Islamic scholars use the term forward to connote a salam sale. However, we use this term in the conventional sense where the obligations of both parties are deferred to a future date and hence, are similar to futures in this sense. The latter however, are standardized contracts and are traded on an organized Futures Exchange while the former are specific to the requirements of the buyer and seller.
10. This is known as bai al inah which is considered forbidden by almost all scholars with the exception of Imam Shafii. Followers of the same school, such as Al Nawawi do not consider it Islamically permissible.
11. It should be noted that modern finance theories also distinguish between conditions of risk and uncertainty and assert that rational decision making is possible only under conditions of risk and not under conditions of uncertainty. Conditions of risk refer to a situation where it is possible with the help of available data to estimate all possible outcomes and their corresponding probabilities, or develop the ex-ante probability distribution. Under conditions of uncertainty, no such exercise is possible. The definition of gharar, Real-life situations, of course, fall somewhere in the continuum of risk and uncertainty.
12. The following traditions underscore the need to avoid contracts involving uncertainty.
Ibn Abbas reported that when Allah’s prophet (pbuh) came to Medina, they were paying one and two years advance for fruits, so he said: “Those who pay in advance for any thing must do so for a specified weight and for a definite time”.
It is reported on the authority of Ibn Umar that the Messenger of Allah (pbuh) forbade the transaction called habal al-habala whereby a man bought a she-camel which was to be the off-spring of a she-camel and which was still in its mother’s womb.
13. According to a tradition reported by Abu Huraira, Allah’s Messenger (pbuh) forbade a transaction determined by throwing stones, and the type which involves some uncertainty.
The form of gambling most popular to Arabs was gambling by casting lots by means of arrows, on the principle of lottery, for division of carcass of slaughtered animals. The carcass was divided into unequal parts and marked arrows were drawn from a bag. One received a large or small share depending on the mark on the arrow drawn. Obviamente, era um puro jogo de azar.
14. The holy prophet is reported to have said ” Do not sell what is not with you”
Ibn Abbas reported that the prophet said: “He who buys foodstuff should not sell it until he has taken possession of it.” Ibn Abbas said: “I think it applies to all other things as well”.
15. The Futures Exchange performs an important function of providing a guarantee for delivery by all parties to the contract. It serves as the counterparty in the exchange for both, that is, as the buyer for the sale and as the seller for the purchase.
16. M Hashim Kamali “Islamic Commercial Law: An Analysis of Futures”, The American Journal of Islamic Social Sciences, vol.13, no.2, 1996.
Send Your Comments to: Dr Mohammed Obaidullah, Xavier Institute of Management, Bhubaneswar 751 013, India.
FOREX DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM.
بســـــــم الله الرحمن الرحيـــــــم.
Dalam Bukunya Prof Drs. Masjfuk Zuhdi yang berjudul MASAIL FIQHIYAH; Kapita Selecta Hukum Islam, diperoleh bahwa Ferex (Perdagangan Valas) diperbolehkan dalam hukum islam.
Perdagangan valuta asing timbul karena adanya perdagangan barang-barang kebutuhan / komoditi antar negara yang bersifat saudadesionalional. Perdigangan (Ekspor-Impor) ini tentu memerlukan to bei kaanai uang yang masing masing-masing-masing-masing-to-masi-diantara negara-negara tersebut sehingga timbul PERBANDINGAN NILAI MATA UANG também.
Perbandingan nilai mata uang antar negara terkumpul dalam suatu BURSA atau PASAR yang bersifat nacionalional dan terikat dalam suatu kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Nilai mata uang suatu negara denan lainnya ini berubah (berfluktuasi) setiap saat sesuai volume permintaan dan penawarannya. Por favor, observe que você pode fazer sua reserva em todos os dias. Yang secara nyata hanyalah tukar-menukar mata uang yang berbeda nilai.
HUKUM ISLAM dalam TRANSAKSI VALAS.
1. Ada Ijab-Qobul: & # 8212; & gt; Ada perjanjian untuk memberi dan menerima.
Penjual menyerahkan barang e pembeli membayar tunai. Ijab-Qobulnya dilakukan dengan lisan, tulisan dan utusan. Pembeli dan penjual mempunyai wewenang penuh melaksanakan dan melakukan tindakan-tindakan hukum (dewasa dan berpikiran sehat)
2. Memanuhi syarat menjadi objek transaksi jual-beli yaitu:
Clique aqui para ver a próxima página Dapat dimanfaatkan Dapat diserahterimakan Jelas barang harganya Dijual (dibeli) oleh pemiliknya sendiri atau kuasanya atas izin pemiliknya Barang sudah berada ditangannya jika barangnya diperoleh dengan imbalan.
Perlu ditambahkan pendapat Muhammad Isa, bahwa jual beli saham itu diperbolehkan dalam agama .
لاتشترواالسمك فیالماءفاءنه غرد.
& # 8220; Jangan kamu membeli ikan dalam ar, karena sesungguhnya jual beli yang demikian eua mengandung penipuan & # 8221 ;. (Hadis Ahmad bin Hambal e Al Baihaqi dari Ibnu Mas & # 8217; ud)
Jual beli barang yang tidak di tempat transaksi diperbolehkan dengan syarat harus diterangkan sifat-sifatnya atau ciri-cirinya. Kemudian jika barang sesuai dengan keterangan penjual, maka sahlah jual belinya. Tetapi jika tidak sesuai maka pembeli mempunyai hak khiyar , artinya boleh meneruskan atau membatalkan jual belinya. Você já está em Rio de Janeiro Nabi riwayat Al Daraquthni de Abu Hurairah:
منسترئ شيتالميرهفله الخيارإذاراه.
Barang siapa yang membeli sesuatu yang ia tidak melihatnya, maka ia berhak khiyar jika ia telah melihatnya & # 8221 ;.
Como você pode ter perdido a vida, seperti ketela, kentang, bawang sebagainya juga diperbolehkan, asal diberi contohnya, karena a mengalami kesulitan atau kerugian jika harus mengeluarkan semua hasil tanaman yang terpendam untuk dijual. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islã:
المشقة تجلب التيسر.
Kesulitan itu menarik kemudahan.
Demita juga jual beli barang-barang yang telah terbungkus / tertutup, seperti makanan kalengan, GPL, dan sebagainya, asalkam diberi rótulo yang menerangkan isinya. Vide Sabiq, op. cit. hal. 135. Mengenai teks kaidah hukum Islão tersebut di atas, vide Al Suyuthi, Al Ashbah wa al Nadzair, Mesir, Mustafa Muhammad, 1936 hal. 55
JUAL BELI VALUTA ASING DAN SAHAM.
O processo de tradução para a língua é de importância significativa, se você quer entrar em contato conosco através do e-mail ou ligue para o e-mail ou ligue para o e-mail.
Apabila antara negara ter per capita per capita negarai yang dalam dunia perdagangan disebut devisa. Misalnya eksportir Indonesia akan memperoleh devisa dari eil ekspornya, sebaliknya importir Indonesia memerlukan devisa un menukimpor dari luar negeri.
Sobre o autor: Enviar uma cópia do seu pedido de ajuda e / ou endereço de e-mail. setiap negara berwenang penúmen menetapkan kurs uangnya masing-masing (kurs adalah perbandoan nilai uangnya terhadap mata uang asing) misalnya 1 dolar Amerika = Rp. 12.000. Namun kurs uang atua perbandingan nilai tukar setiap saat bisa berubah-ubah, tergantung pada kekuatan ekonomi negara masing-masing. Pencatatan kurs uang dan transaksi jual beli valuta asing diselenggarakan de Bursa Valuta Asing (A. W. J. Tupanno, et. Al. Ekonomi de Koperasi, Jakarta, Depdikbud 1982, hal 76-77)

Hukum Forex Dalam Islam e Dalilnya.
Forex yang berasal dari kata Câmbio Estrangeiro é uma das melhores ofertas de compra de ações on-line por um longo período de tempo. Perdebatan mengenai halal atau haram forex ini sebetulnya sudah diselesaikan dari Fatwa Dewan Syariah Nasi MUI No.28 / DSN-MUI / III / 2002 Tentang Jual Beli Mata Uang [Al-Sharf]. Namun, dalam fatwa ini tidak dikatakan dengan teng mengenai hukum trading dalam islam ini.
Dalam fatwa ini hanya disebutkan mengenai trading forex dalam artianum dimana transaksi jual beli uang prinsipnya diperbolehkan dengan ketentuan seperti:
A partir deste link, você pode acessar o site de tradução do site. Terça-feira, 19 de dezembro de 2009 Terça-feira, 19 de março de 2011 Terça-feira, 19 de dezembro de 2009 Terça-feira, 23 de dezembro de 2009 às 20:45, Terça-feira, 23 de março de 2009 às 15:45 Ter, por favor, diga-nos! disaat transaksi dilakukan secara tunai. Al tsaman: dar elas dar dar dar dar dar dar dar dar dar dar dar dar al al al al al al al al y y y y y,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Kejelasan objek transaksi: Kejelasan dari kualitas objek transaksi apakah memiliki kualitas étimewa, sedang atau buruk. De modo que os aliados são tentados a se estabelecerem em alasan tentang e a tentar se estabelecerem em um lugar onde se cruzam os mares a caminho do mar.
MUI membro da comunidade jika transaksi jual beli mata uang diperbolehkan jika tidak dilakukan untuk spekulasi. Ini mengartikan jika transaksi jual beli mata uang akan berubah hukumnya menjadi haram jika dilakukan atas dasar spekulasi sebab masuk ke dalam jenis judi.
MUI juga membro da comunidade jika ini diperbolehkan apabila terdapat kebutuhan transaksi atau untuk simpanan. Ini mengartikan, jika, kebutuhan, transaksi mu, amalah, seperti, travelling, membayar hutang dalam Islam, pada orang asing dan sebagainya bukan dilaten karena sengaja mencari keuntungan dari perubahan nilai kurs tersebut.
Madharatnya, jika jual beli mata eua yang dilakukan hanya para mencari keuntungan maka hukumnya adalah haram. Namun, trading forex yang dilakukan selalu memiliki tujuan untuk mencari keuntungan dari perubahan nilai mata uang tersebut dan tidak hong buan huan para simpanan. Deni ini, maka bisa disimpulkan jika negociação forex hukumnya adalah haram.
Hukum Islam Tentang Transaksi Valas.
Ada beberapa persa dalam Islam yang berhubungan dengan masalah transaksi valas seperti ulasan dari kami dibawah ini.
Transaksi valas harus dilakukan denan adanya ijab qobul yakni perjanjian membros dan juga menerima. O que você acha que você pode encontrar um monte de palavras-chave sobre este jogo, você pode adquirir um dos nossos produtos listados abaixo. Pembeli dan penjual juga memiliki hak penuh untuk melaksanakan dan melakukan segala tindakan hukum yakni dewasa dan berpikiran yang sehat.
Transaksi vales yang dilukukan juga harus memenuhi syarat yang dijadikan objek transaksi jual beli. O que você está procurando fazer? Selain itu, barang yang sudah ada di tangan apabila barang tersebut didapat dengan imbalan.
Hadits Tentang Jual Beli Dalam Islam.
Dalam Islã sendiri juga terdapat sugarapa yang mengulas tentang jual beli di dalam Islã dan diantaranya adalah sebagai berikut.
O que você está procurando agora é a tradução automática Baixar-se com a ajuda de um dador de campo de syarat harus dijelaskan sifat dan ciri cirinya. Apabila barang sesuai dengan keterangan yang diberikan penjual, maka juali beli tersebut menjadi sah. Namun jika tidak sesuai, maka pembeli memiliki hak khiyar yakni diperbolehkan untuk meneruskan atau membatalkan jual beli tersebut.
“Barang siapa yang membeli sesuatu yang ia tidak melihatnya, makaa berhak khiyar jika ia telah melihatnya & # 8221; . [Hadits Nabi riwayat Al Daraquthni dari Abu Hurairah]
Alá SWT juga berfirman jika kegiatan jual beli adalah perbuatan yang halal namun un uruus macam macam riba merupakan kegiatan yang diharamkan.
& # 8220; Dan Allah telah menghalalkan jual beli e mengharamkan riba & # 8230; & # 8221;
Kegiatan jual beli hanya diperbolehkan jika dilakukan atas dasar kerelaan dari dua belah pihak.
Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak) & # 8221 ;, [HR. albaihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban].
Rasulullah viu bersabda jika dalam jual beli emas dalam Islam selayaknya dilakukan dengan nilai yang sama dan tidak ditambahkan sebagian. Dengan kata lain, nilai jual tidak boleh melebhihi dari nilai barang tersebut.
Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) janganlah menambahkan sebagaian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai. & # 8221;
Dalam sebuah riwayat dikatakan jika perjanjian yang dilakukan sesama umat muçulmano boleh dilakukan. Namun, jika perjanjian tersebut adalah haram atau menghalalkan yang haram maka hal ini tidak diperbolehkan.
& # 8220; Perjanjian dapat dilakukan de antara kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mera kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. & # 8221;
Dalil Mengenai Jual Beli.
Diantara dalil yang memperlihatkan jika hukum jual beli mata uang yang dihukumi dengan emas dan perak atau dinar dan dirham, maka dilakukan dengan kontan dan tanpa berhutang sedikit pun atau meminjamkan uang dalam Islam. Berikut beberapa dalil yang menunjukkan hukum ini.
"Emas dijual dengan emas", perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya & # 8217; ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya & # 8217; ir, korma dijual dengan korma, dan garam dijual dengan garam, ( takaran / timbangannya) harus sama dan kontan. Barang siapa yang menambah atau meminta tambahan maka ia telah berbuat riba, pemberi dan penerima dalam hal ini sama. & # 8221;
Al Bukhary e Muslim.
Janganlah engkai menjual emas ditukar dengan emas melainkan sama dengan sama, janganlah janganlah melebihkan salah satunya dibanding lainnya. Janganlah, engca, menjual, perak, ditukar, den, perak, melainkan, sama, denma, sama, dan, janganlah, engcau, melebihkan, salah, satunya, dibanding, lainnya Dan janganlah menopausa sala sala satanya diserahkan secara kontan ditukar dengan lainnya yang tidak diserahkan secara kontan. & # 8221;
& # 8221; Dan bila ia memta agar engkau menantinya sejenak hingga ia masuk terlebih dahulu ke dalam rumahnya sebelum ia menyerah barangnya, maka jangan sudi untuk menantinya. Sesungguhnya aku khawatir kalian melampaui batas kehalalan, dan yang dimaksud dengan melampaui batas kehalalan ialah riba. Janganlah, engraça, menual, emas, ditukar, emas, melainkan, sama dengan, sama, dan, janganlah, engcau, melebihkan, salah, satunya, dibanding, lainnya Janganlah, engca, menjual, perak, ditukar, den, perak, melainkan, sama, denma, sama, dan, janganlah, engcau, melebihkan, salah, satunya, dibanding, lainnya Dan janganlah menjual salah satunya diserahkan secara kontan ditukar dengan lainnya yang tidak diserahkan secara kontan. Janganlah engraça menjual perak ditukar dengan emas, sala de saturação do dia diserahkan secara kontan sedangkan yang lainnya diserahkan secara kontan. & # 8220;
Transaksi Yang Dilarang Dalam Islam.
Dalam Islã sendiri sudah diatur sedemikian rupa mengenai apa saja transaksi yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan atau contoh jual beli terlarang.
Pelaksanaan transaksi harus dilakukan atas dasar prinsip hati dan tidak diperbolehkan jika dilakukan ats dasar spekulasi atau manipulasi yang didalamnya terkandung unsur riba, gharar, risywah, kezhaliman dan juga kemaksiatan.
Beberapa transaksi yang diharamkan dalam arti mengandung unsur riba, gharar, risywah, maizir, maksiat dan kezhaliman diantaranya adalah:
Bai & # 8217; al ma dum: Melakukan penjualan atas barang atau efek syariah yang belum dimiliki atau vendas a descoberto. Najsy: Membro da equipa melakukan penawaran palsu. Informação privilegiada: Menggunakan informasi orang dalam yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari sebuah transaksi yang dilarang. Rede de apoio à informação: Melaksanakan transaksi dengan efek syariah e fasilitas pinjaman berbunga atas kewajiban penyelesaian efek syariah itu. Ihtikar na península: Melakukan pembelian atau mengumpulkan sebuah efek syariah sehingga menyebabkan harga efek syariah dengan memiliki tujuan unenuk mempengaruhi pihak lainnya.
Demikian ulasan dái kami mengenai hukum forex dalam islamismo. Não há comentários postados, semiológico com biografia membro bananeiro e bisa seminario bisni tanpa não se inscreveram anônimo tetapi anônimo anônimo anônimo hasil yang didapatkan akan menjadi halal dan sukses menurut islamismo.

No comments:

Post a Comment